Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh
raja-raja Dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama
Pikatan pada candi menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh
Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan
prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik
untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.Prasasti
Siwargrarha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak
diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Prasasti
ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil
menguraikan dan membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam
prasati tersebut, yaitu: Bahasanya merupakan contoh tertua prasasti yang
berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna; Isinya memuat
bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari
pertengahan abas ke IX M; Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang
suatu “gugusan candi”, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah peristiwa sejarah
dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang
dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra
melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan
melarikan diri ke Sumatera. Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu
kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan
pembangunan suatu gugusan candi besar.
Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti
Siwargrarha dapat dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, gugusan
candi yang dibangun pusatnya dipagari tembok keliling dan dikelilingi
oleh deretan candi perwara yang disusun bersap hanya terdapat pada candi
Prambanan.Disebutkan pula candi Perwara sama dalam bentuk dan ukuran.
Hal lain yang menarik adalah 2 buah candi Apit, masing-masing didekat pintu masuk utara dan selatan.Keterangan
mengenai gugusan candi yang terletak didekat sungai mengingatkan pada
gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika
dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya
pembelokan aliran sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi
diantara desa Klurak dan Bogem. Dengan demikian, tampaknya uraian yang terdapat dalam prasasti Siwargrarha tentang gugusan candi tersebut lebih cocok dengan keadaan candi Prambanan.
Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah Prambanan,
kondisi ini semakin parah dengan terjadinya gempa bumi dan beberapa
kali meletusnya Gunung Merapi yang menjadikan candi Prambanan runtuh dan
meninggalkan puing-puing batu yang berserakan. Candi Prambanan dikenal
kembali saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada
tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi
semak belukar.
Usaha
pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh
Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi
dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 dimulai pekerjaan pembinaan yang
dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma.
Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933
berhasil disusun percobaan candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami
berbagai hambatan pemugaran diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal
23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan secara resmi dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.
Pemugaran candi di wilayah Prambanan terus dilaksanakan, diantaranya
yaitu pemugaran candi Brahma dan candi Wisnu. Pemugaran candi Brahma
dimulai pada tahun 1977 dan telah selesai dan diresmikan oleh Prof Dr.
Haryati Soebandio tanggal 23 Maret 1987. Candi wisnu mulai dipugar pada
tahun 1982 selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27
April 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah
candi yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi
kelir dan 4 candi disudut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar